bismillahirrohmanirrohim
Mengenal Lebih Dekat, Sosok ‘Ulama Besar Ahli Hadits dari Negeri Yaman
Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di negeri Yaman - bahkan di dunia Islam secara umum - tidak bisa dilepas dari sosok besar Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’i rahimahullah. Beliau lah yang kembali berhasil melakukan tajdid (pembaharuan) Dakwah Salafiyyah di Yaman pada abad ini. Semenjak masa Al-Imam ‘Abdurrazzaq bin Hammam Ash-Shan’ani rahimahullah tidaklah Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Yaman tersebar sebagaimana tersebarnya pada masa Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah.
Beliau adalah Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi bin Muqbil bin Qa`idah Al-Hamdani Al-Wadi’i dari qabilah Alu Rasyid rahimahullah. Beliau adalah duri bagi para pengusung kebatilan, baik dari kalangan Syi’ah Rafidhah, Khawarij, Teroris, Liberalis, Komunis, Shufiyyah, dan kelompok-kelompok sesat lainnya.
Beliau adalah sosok yang dikenal dengan kejujuran, keikhlasan, ‘iffah (menjaga kehormatan dan harga diri), kesabaran, zuhd dalam kehidupan dunia, berjalan di atas aqidah yang benar dan manhaj salafi yang lurus, sikap bijak, santun, lembut, keberanian, serta tampil menyerukan kebenaran. Sungguh sosok beliau mengingatkan dengan sosok para ‘ulama salafush shalih, terutama sosok Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.
Sepulang beliau dari belajar di negeri Tauhid dan Sunnah Kerajaan Saudi ‘Arabia, beliau mulia merintis taklim dan dakwah di negeri Yaman. Maka Allah ‘Azza wa Jalla membukakan pintu kemenangan dan keberhasilan bagi beliau dalam wujud yang sangat besar. Dengan diiringi dan dibantu oleh teman sepejuangan beliau sekaligus murid besar beliau, Al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi hafizhahullah, berdirilah Pondok Pesantren beliau di desa Dammaj - Sha’dah Yaman, yang diberi nama Ma’had Darul Hadits. Sungguh Allah barakahi dakwah dan perjuangan beliau. Pesantren beliau menjadi pesantren yang sarat dengan ilmu. Berbagai disiplin ilmu agama diajarkan di sana. Dengan dilandasi keikhlasan niat, kesungguhan, kasih sayang, akhlaq mulia, kesantunan, jauh dari sikap brutal dan ekstrim. Para murid berdatangan dari seantero dunia Islam dari seluruh penjuru dunia. Kalau dulu dikatakan bahwa tidak ada seorang ‘ulama yang paling banyak didatangi oleh para Ahli Hadits dari berbagai penjuru negeri seperti Al-Imam ‘Abdurrazzaq Ash-Shan’ani rahimahullah. Maka pada masa ini, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa tidak ada seorang ‘ulama yang paling banyak didatangi oleh para penuntut ilmu dari berbagai penjuru negeri seperti Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’i rahimahullah.
Jerih payah upaya dakwah beliau - tentunya setelah pertolongan dan taufiq dari Allah ‘Azza wa Jalla - benar-benar membuahkan hasil yang sangat indah di negeri Yaman dan dunia Islam pada umumnya. Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah menjadi dikenal, dihormati, dan diterima serta diikuti oleh umat.
Beliau berhasil melahirkan tokoh-tokoh yang menjadi ‘ulama besar Ahlus Sunnah di Yaman. Mereka kini juga mendirikan pondok-pondok pesantren yang juga memiliki banyak murid. Di antaranya, di kota Al-Hudaidah ada ma’hadnya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi, di Ma’bar ada ma’hadnya Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam, di Mafraqhubaisy ada ma’hadnya Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Al-Bura’i, di Shan’a ada Asy-Syaikh Muhammad Ash-Shaumali, di Hadhramaut ada ma’hadnya Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i, di ‘Aden ada ma’hadnya Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Mar’i, demikian juga di desa Dzamar ada ma’hadnya Asy-Syaikh ‘Abdullah Adz-Dzamiri, dan lainnya, semuanya adalah para murid besar Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah.
Beliau juga meninggalkan karya-karya tulis yang sangat banyak. Mayoritasnya dalam bidang ilmu hadits. Beliau sangat perhatian terhadap seleksi hadits, mana yang shahih mana yang bukan. Dan memang beliau termasuk salah seorang ‘ulama ahlul hadits abad ini. Karya-karya besar beliau mayoritasnya beliau tulis dengan metode para ‘ulama ahlul hadits. Karya-karya tersebut menjadi rujukan penting kaum muslimin sekaligus termasuk khazanah keilmuan yang sangat penting.
● Prinsip Dakwah Asy-Syaikh Muqbil
Dakwah yang beliau kibarkan adalah Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu dakwah berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas metode pemahaman dan pengamalan para salafush shalih (para shahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).
Beliau menegaskan, bahwa Pendiri Dakwah Salafiyyah yang beliau kibarkan di Yaman tidak lain adalah Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena memang Dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah dakwah yang murni seratus persen mengikuti dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menghidupkan sunnah-sunnah dan ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi Dakwah Salafiyyah bukan dakwah milik perorangan atau pun kelompok atau bangsa tertentu. Bukan dakwah yang baru-baru muncul, bukan pula organisasi atau pergerakan tertentu yang didirikan oleh orang tertentu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang prinsip dan jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah :
Dakwah Asy-Syaikh Muqbil ditegakkan di atas ilmu, kasih sayang, akhlaq, kelembutan, dan hikmah (menempatkan segala sesuatunya pada tempatnya sesuai bimbingan ilmu), jauh dari sikap brutal, reaksioner, kekerasan versi para khawarij-teroris, syi’ah rafidhah, jauh pula dari sikap mengentengkan kalangan shufiyyah, liberalis, dan semisalnya.
● Semangat Beliau dalam Berpegang dengan As-Sunnah
Beliau termasuk orang yang antusias untuk bepegang dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan sebutan beliau. Sebagaimana ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Sesungguhnya Allah memuliakan seseorang sesuai dengan kadar berpegang teguhnya dia dengan As-Sunnah.”
Di antara ucapan yang sering beliau katakan ialah : “Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan kita tinggalkan meskipun kita harus menggigitnya dengan gigi kita.”
● Sikap Beliau terhadap Pemahaman Salafush Shalih
Beliau rahimahullah mengatakan: “Kita beribadah kepada Allah dengan pemahaman salafush shalih yang sesuai dengan dalil. Dan kita katakan: Sesungguhnya mereka telah mendahului kita dalam setiap kebaikan. Apalagi sudah jelas sanjungan terhadap mereka, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.” (At-Taubah: 100)
Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.”[1]
Dalam hadits ini terdapat isyarat bahwasanya harus mengambil sesuai dengan pemahaman mereka.
● Sikap Bijak Beliau
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah adalah seorang yang bijak dalam berdakwah mengajak manusia ke jalan Allah di tengah-tengah masyarakat dan kaumnya, beliau bukanlah sosok yang kasar dan brutal. Sebab beliau tahu bahwa dakwah ini bukan ditegakkan di atas tindakan revolusioner dan pemberontakan. Cara seperti itu (revolusioner dan pemberontakan) sudah dilakukan sebagian kelompok, yang akhirnya justru menimbulkan kejelekan; memecah belah persatuan kaum muslimin serta menjadikan tercorengnya citra Islam dan kaum muslimin di mata penduduk dunia.[2]
Padahal dakwah ini dibangun di atas dasar hikmah dan nasehat yang baik, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
Beliaupun selalu menganjurkan agar bertahap dalam memberikan pelajaran dan dakwah, agar jangan sampai ada yang bersemangat tapi tidak mempunyai hikmah dan ilmu. Di antara anjuran beliau, hendaknya seorang penuntut ilmu ketika kembali ke kampung halamannya jangan kemudian shalat dengan memakai sandal di dalam masjid. Karena orang di sekitarnya tentu akan menganggapnya sebagai kemungkaran dan akan memicu fitnah. Sedangkan shalat dengan sandal adalah sunnah, bukan wajib.
● Sikap Santun dan Kehati-hatian Beliau
Beliau betul-betul berhati-hati dan tenang dalam menghadapi persoalan. Betapa sering beliau berupaya memperbaiki satu permasalahan dan bersabar menghadapi para penentangnya, dengan harapan mudah-mudahan suatu ketika dia menjadi baik. Namun kalau tidak bermanfaat juga, beliau bangkit menerangkan kepada masyarakat tentang kejelekannya dan membongkar syubhat-syubhatnya serta membantah hujjah-hujjah mereka yang lemah.
Beliau sering ditanya tentang satu masalah dan selalu mengatakan: “Wallahu a’lam.” Betapa sering beliau ditanya tentang seorang tokoh, namun beliau mengatakan: “Saya menahan bicara tentang dia.” Dan beliau diam selama beberapa tahun sampai sangat jelas keadaan orang tersebut. Lantas apakah ada keburukan dalam kata-kata beliau sesudah itu? Sesungguhnya demi Allah, di kalangan mereka yang jujur dan adil, inilah yang dinamakan tatsabbut (teliti). Namun memang kebaikan itu tidak mungkin bisa melenyapkan celaan.
● Kebencian Beliau yang Sangat Besar terhadap Terorisme
Beliau sangat membenci gangguan keamanan dan munculnya kegelisahan serta rasa takut pada kaum muslimin.
Tentang sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ
“Saya diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan syahadat bahwa tidak ada berhak diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad itu adalah Rasul Allah, menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, maka terjagalah dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka di sisi Allah.”
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah menjelaskan:
“Dalam hadits ini terdapat bantahan terhadap kelompok-kelompok (sesat) yang ada sekarang ini, seperti Jama’atut Takfiir (kelompok yang selalu mengkafirkan orang lain yang tidak segolongan dengannya) yang menganggap halal darah kaum muslimin. Juga Jama’atul Jihad (kelompok yang mengaku mujahidin, padahal teror) yang juga menganggap halal darah kaum muslimin. Anggaplah bahwa pemerintah itu kafir dan rakyatnya muslim, tentu akan terjadi bencana di atas kepala rakyat muslim yang pantas dikasihani ini.
Demikian pula bantahan terhadap para tokoh revolusioner, yang mengarahkan masyarakat untuk melakukan tindakan revolusi, pemberontakan (dan sejenisnya).”
Dan ketika beliau ditanya tentang para turis, apakah mereka terhitung mu’ahad? [3]
Beliau menjawab:
“Di antara mereka ada yang datang untuk merusak di negeri kaum muslimin, ada pula yang menjadi mata-mata. Akan tetapi melampaui batas (yakni dengan menyerang) terhadap mereka justru hanya menimbulkan kekacauan. Saya tidak menganjurkan hal ini (menyerang mereka -ed). Demikian pula halnya semua yang dapat menimbulkan kekacauan, tidak boleh.
Membunuh para wisatawan asing adalah suatu kesalahan. Kami tidak tahu kecuali akibatnya yang satu menyerang yang lain. Akhirnya dakwah terbengkalai, begitu juga dengan pendidikan, pertanian dan perdagangan. Namun perlu diingat pula bahwa ini bukan berarti kami ridha dengan (kedatangan) mereka.”
Inilah sikap kaum mukminin. Mereka tidak ingin menimbulkan gangguan keamanan. Berbeda dengan orang-orang munafik, mereka sangat antusias terhadap hal-hal seperti ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” (Al-Ahzab: 60)
Meresahkan kaum muslimin adalah haram secara syar’i. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya (2/720) dan Ahmad dalam Musnad-nya (5/362) dari Abdurrahman bin Abi Laila:
قَالَ: حَدَّثَنَا أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Katanya: Para shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita kepadaku, bahwa beliau (Nabi) bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk mengagetkan dan membuat takut muslim lainnya.”
Hadits ini shahih, Asy-Syaikh Muqbil menyebutkannya dalam karya beliau Ash-Shahihul Musnad mimma Laisa fish Shahihain (2/418).
● Sikap Beliau terhadap Usamah bin Laden
Terhadap salah satu tokoh teroris international nomor wahid ini, Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah mengatakan :
“Aku berlepas diri di hadapan Allah dari (kesesatan) Usamah bin Laden. Dia merupakan kejahatan dan musibah terhadap umat ini, dan aktivitasnya adalah aktivitas kejahatan.”
Beliau juga berkata :
“Kami semua berlepas diri darinya dan aktivitas-aktivitasnya sejak jauh sebelum ini. Realita menyaksikan bahwa kaum muslimin yang hidup di negeri-negeri Barat tertekan dengan sebab adanya gerakan-gerakan yang diperankan oleh kelompok Ikhwanul Muslimin dan kelompok-kelompok lainnya. Wallahul Musta’an.”
(dari surat kabar Ar-Ra`yul ‘Am Kuwait tanggal 19 Desember 1998).
Dalam kitab Tufatul Mujib, transkrip ceramah beliau berjudul Di Balik Peristiwa Peledakan-Peledakan di bumi Al-Haramain, Asy-Syaikh Muqbil berkata :
“Di antara contoh-contoh fitnah (yang menimpa kaum muslimin) adalah fitnah yang sudah hampir menguasai negeri Yaman yang dihembuskan oleh Usamah bin Laden … .”
” … untuk menjelaskan kepada umat bahwa urusan agama ini tidak boleh diambil dari orang semisal Usamah bin Laden, Al-Mis’ari, atau yang semisalnya. Tapi urusan agama ini harus diambil dari kalangan ‘ulama … Bahkan sesungguhnya umat ini masih sangat membutuhkan seribu ‘ulama semisal Asy-Syaikh bin Baz, dan seribu ‘ulama lain semisal Asy-Syaikh Al-Albani.”
● Rahmat dan Kasih Sayang Beliau
Beliau menyayangi semuanya, tua muda, laki-laki dan perempuan. Bahkan anak-anak kecil sangat menyukai beliau karena kedudukan dan kebaikan beliau terhadap mereka. Beliau pantas dikatakan demikian, tanpa harus berlebihan. Boleh dikatakan bahwa beliau termasuk orang yang paling penyayang terhadap sesamanya di zaman ini. Terutama terhadap para penuntut ilmu, di mana beliau memandang mereka sebagai anak-anaknya sendiri.
Beliau sering juga merasakan kesulitan bila terjadi kekurangan dari kebutuhan para penuntut ilmu. Bahkan beliau pernah mengatakan bahwasanya dia tidak pernah menemukan kesulitan yang lebih berat dirasakannya daripada hal ini.
Beliau sering manfaatkan waktu untuk duduk bersama orang banyak dengan memberikan nasehat, pengarahan, faedah, dan diskusi. Sehingga hampir tidak ada yang keluar dari majelis itu melainkan sudah mendapatkan faedah.
Nasehat-nasehatnya sangat disenangi, dan beliau memilih yang sesuai dengan pemahaman mereka tanpa membosankan. Dan kalimat-kalimat yang ringkas tidak akan membosankan siapapun.
Di antara sifat rahmatnya, beliau mengirim para da’i yang mengajak ke jalan Allah ke seluruh daerah di Yaman bahkan juga ke luar Yaman untuk menyebarkan dien Allah, mengajari manusia kebaikan dan mentahdzir mereka dari kejahatan.
Dari sifat rahmatnya, beliau selalu menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu di hati murid-muridnya. Beliau selalu menyebutkan keadaan yang dialami salafus shalih, berupa kesabaran menempuh kesulitan dalam mencari ilmu.
● Wafatnya Beliau
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah Awal 1 Jumadil Awal tahun 1422 H, bertepatan dengan 22 Juli 2001 M, setelah Isya’ di Saudi Arabia. Beliau dishalatkan setelah shubuh, kemudian dimakamkan di pekuburan Al ‘Adl dekat makam Asy-Syaikh Ibnu Baz dan Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin Rahimahumullahu. Semoga Allah merahmati Asy-Syaikh Muqbil dan menempatkannya di jannah-Nya yang tertinggi. Serta menjadikan segala jerih payah dan amal usaha beliau termasuk timbangan amal shalih beliau di sisi-Nya. Amin
--------------------------------------------------------------------------------
[1] HSR. Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu.
[2] Tindakan revolusioner dan pemberontakan ini sudah pernah dicoba oleh sebagian aktivis dakwah. Namun hasilnya justru menyebabkan Islam menjadi sasaran tuduhan sebagai agama teroris dan kekerasan. Wallahul musta’an.
[3] Orang kafir yang terikat perjanjian dengan negara muslimin.
Permata Salaf ..
Abu Umar bin Abdil Barr rahimahullahu berkata:
“Menuntut ilmu itu ada tahapan-tahapannya. Ada marhalah-marhalah dan tingkatan-tingkatannya. Tidak sepantasnya bagi penuntut ilmu untuk melanggar/melampaui urutan-urutan tersebut. Barangsiapa secara sekaligus melanggarnya, berarti telah melanggar jalan yang telah ditempuh oleh as-salafus shalih rahimahumullah. Dan barangsiapa melanggar jalan yang mereka tempuh secara sengaja, maka dia telah salah jalan, dan siapa saja yang melanggarnya karena sebab ijtihad maka dia telah tergelincir.
Ilmu yang pertama kali dipelajari adalah menghafal Kitabullah serta berusaha memahaminya. Segala hal yang dapat membantu dalam memahaminya juga merupakan suatu kewajiban untuk dipelajari bersamaan dengannya. Saya tidak mengatakan bahwa wajib untuk menghafal keseluruhannya. Namun saya katakan bahwasanya hal itu adalah kewajiban yang mesti bagi orang yang ingin untuk menjadi seorang yang alim, dan bukan termasuk dari bab kewajiban yang diharuskan.” wallohu a'lam
sumber:
https://www.facebook.com/profile.php?id=100001759018622#!/note.php?note_id=252375481458171
Tidak ada komentar:
Posting Komentar